-bertahan dalam sepi adalah sebuah pilihan yang lebih baik daripada harus bertahan dalam "keramaian" yang palsu- eidellweist
Hening, tanpa suara…
begitulah sekilas tentang “SEPI”
Sebuah kata yang cukup
“menakutkan”
Tumbuh dan hidup dalam
lingkungan yang ramai ternyata tak membuatku merasakan “keramaian” yang
seharusnya.
Hanya sepi yang kini semakin
terasa dalam hidupku
Tak ada senyum dan tawa yang
tulus kelua dalam hidupku
Inginku memberikan senyum
dan tawa yang tulus itu tapi hati ini tak kunjung memberikan celah
Bukannya memberikan celah,
hati ini justru semakin tertutup rapat
Entah apa yang sebenarmya terjadi,
“ rasa sepi itu telah
mengakar dalam tubuh ini. rasa sepi yang justru tumbuh dalam keramaian. Sepi
itu bernama “HAMPA” “
Setiap hari aku mendengar
banyaknya tawa yang mengelilingi hidupku
Setiap hari aku melihat
banyak senyuman yang terukir di wajah setiap orang yang kutemui
Aku pun dapat merasakan itu
bahkan aku pun dapat memberikannya
Tapi, ini aneh…
Senyum dan tawa itu hanya
mampu bertahan beberapa saat saja
Seolah tak betah bertahan
dalam satu lingkup
Lagi lagi sepi yang justru
menemani setiap langkah hidupku
Teman? Tentu, aku memiliki
mereka
Tapi lagi lagi,… tak
berpengaruh
Aku tetap tak bisa merasakan
adanya keramaian diantara mereka
Hanya sepi yang terus aku
rasakan
Inginku keluar dari rasa
sepi yang terus menghantuiku
Tapi, aku tertahan dalam rasa
sepi ini
Pintu ini terkunci sangat
rapat untuk sebuah keramaian
“ terkunci dan tertahan
dalam “ SEPI” adalah sebuah hal yang
menyakitkan tapi hanya “ CINTA dan KETULUSAN “ yang mampu membuka dan melepaskannya
“
-eidellweist-