“ menyimpan rasa
cintamu itu sama saja kamu menyakiti dirimu sendiri. maka jangan salahkan orang
yang kau cinta atas sakit yang kau rasa. – Adias “
Soekarno
Hatta International Airport
23
September 2015 (06.00 AM)
“ adias,
udah siap berangkat ? “ , tanya seorang ibu kepada seorang anak laki-laki
“
bentar, bun. Diera belom dateng nih “ , jawab anak laki-laki yang bernama Adias
itu
15 menit
kemudian, seorang anak perempuan datang dengan gayanya yang santai. Ia langsung
menghampiri Adias. Iya, anak perempuan itu bernama Diera. Seseorang yang sudah
ditunggu kehadirannya oleh Adias sebelum keberangkatannya ke Belanda
“ aku
kira kamu nggak bakal dateng “ , ujar Adias
“ maaf
aku telat. Kamu belom check in? “ , ujar Diera dengan senyum kecilnya
Adias
langsung memeluk Diera,
“ aku
nunggu kamu. makasih kamu udah mau dateng. Jaga diri kamu baik-baik ya. “ ,
“ dan pada akhirnya kamu pun
memutuskan untuk pergi, seseorang yang aku sayang. seharusnya aku tidak
membiarkan hatiku terbuka untukmu “
, Diera berujar dalam hati
“ aku
pergi ya “ , pamit Adias sembari melepaskan pelukannya
“ iya
hati-hati. Jaga diri kamu juga “ ,
1 tahun
berlalu..
23
September 2016
Pagi
yang cerah untuk memulai hari dengan penuh semangat. Kicauan burung dan cerahnya
sinar matahari menyapa di hari ini. Seperti biasanya, hari ini tanggal 23
September Diera yakin akan ada tukang pos yang datang memberikan surat untuknya.
Benar saja, tukang pos itu datang dan langsung mengetuk pintu rumah kos Diera.
Diera keluar dari kamarnya dan langsung menemui tukang pos itu. Diera menerima
surat beramplop biru muda dan membawanya masuk ke kamar. Ternyata, Diera tidak
langsung membuka surat itu, ya seperti biasa surat itu disimpan oleh Diera di
dalam sebuah kotak. Terlihat tumpukan surat beramplopkan sama seperti yang baru
saja diterimanya. Ya..Diera memang sengaja tidak membuka surat itu. Ia memang
menerima surat itu tapi tidak untuk membacanya. Diera hanya memandangi kotak
berisi tumpukan surat-surat itu dan kembali menyimpannya ke dalam lemari.
Tak lama
Diera keluar dari kamarnya dan menuju ke cafe tempatnya bekerja. Sesampainya di
cafe, Diera langsung mengganti pakaiannya dengan seragam cafe tersebut. Diera
langsung menuju kasir tempat ia bertugas
“
selamat pagi, mau pesan apa? “ , sapa Diera dengan senyum kepada pelanggan yang
datang
“ saya
pesan cappuccino 1 “ ,
“ hot or
ice, mbak ? “ ,
“ hot
aja “ ,
“ oke,
hot cappuccino 1 ya. Totalnya 15.500 “ ,
Pelanggan
tersebut memberikan selembar uang 20 ribuan, Diera pun langsung menerima uang
tersebut dan menyiapkan pesanan pelanggan. Waktu pun telah menunjukkan pukul 12
siang, itu berarti waktunya Diera istirahat. Diera pun langsung menuju ke
balkon lantai atas café dengan membawa satu cup ice cappuccino kesukaannya.
Diera memejamkan matanya sembari menikmati angin yang berhembus pelan.
“ selalu
dan selamanya ice cappuccino di siang hari “ , ujar seorang lelaki
Suara
itu cukup mengagetkan Diera sehingga membuatnya terbangun. Ya..benar saja Diera
langsung berdiri dan terdiam saat melihat sesosok lelaki tengah berdiri di
hadapannya. Bukan orang jahat. Dia orang yang dikenal baik oleh Diera. Ya..dia
adalah Adias, lelaki yang 1 tahun lalu pergi meninggalkan Diera
“ dia kembali.. dia benar-benar kembali “
, benak Diera tak percaya
“ hai,
Die.. kamu apa… “ ,
“ maaf,
aku harus balik kerja. Permisi “ , Diera memotong perkataan Adias dan langsung
pergi meninggalkan Adias
Adias
terlihat kebingungan. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Diera. Kenapa
Diera pergi begitu saja meninggalkannya. Dia terlihat tidak bahagia dengan
kembalinya Adias. Kepala Adias dipenuhi pertanyaan akan rasa penasarannya
terhadap sikap Diera yang dinilainya berubah. Adias yang sangat penasaran pun
mencoba mencari tahu. Dia langsung turun ke bawah mencoba menemui Diera, namun
tak sesuai yang diharapkannya, jam kerja Diera ternyata telah berakhir. Diera
sudah pergi. Adias pun mencoba mengejar Diera karena menurut informasi dari
rekan kerja Diera bahwa Diera belum lama pergi, maka Adias pun mencoba untuk
mengejar Diera. Benar saja, Adias melihat Diera sedang berjalan dengan langkah
yang cukup cepat, dengan sigap Adias lari dan menahan tangan kanan Diera. Diera
terkejut..
“ kita
harus bicara, Die. Please “ , Adias memohon kepada Diera
Diera
melepaskan tangan Adias dari tangannya
“ aku
sibuk, Adias “ ,
“ oke,
kita bicara nanti. Malam ini, aku tunggu kamu di tempat biasa “ ,
Diera
tidak menanggapi Adias. Diera hanya diam dan berlalu begitu saja. Hingga malam
tiba, terlihat Adias yang telah menunggu Diera di sebuah taman kota. Waktu
terus berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda jika Diera akan datang menemuinya
malam ini. Rasa penasaran Adias pun semakin menjadi karena merasa Diera yang
menjauh dari dirinya.
Keesokan
paginya, Adias telah berada di depan rumah kos Diera. Diera yang saat itu
membuka tirai jendela kamarnya pun melihat Adias berada di depan rumah kosnya.
Diera pun berusaha untuk membuat Adias pergi dengan meminta bantuan teman
kosnya untuk menanyakan kepada Adias sedang menunggu siapa jika menunggu Diera
maka katakan jika Diera sudah pergi bekerja. Teman kos Diera pun menghampiri
Adias dan mengatakan sesuai dengan yang diminta Diera. Adias terlihat tidak
percaya namun selang beberapa menit kemudian Adias pun pergi dari depan rumah
kos Diera.
Diera
pun berangkat ke café dengan sedikit terburu-buru. Begitu terkejutnya Diera
saat melihat Adias masih berada di depan rumah kosnya. Adias belum pergi
ternyata. Diera pun mencoba untuk bersikap tenang di hadapan Adias. Adias menggelengkan
kepalanya, tak percaya jika Diera melakukan hal ini hanya karena untuk
menghindari dirinya.
“ kamu
bohong ? “ , tanya Adias
“ maaf.
tapi sekarang aku bener-bener lagi buru-buru. Permisi “ , ujar Diera yang
langsung berlari. Ternyata Adias tidak berdiam diri, dia langsung mengejar
Diera dan menahan tangannya lagi,
“ aku
bilang, kita perlu bicara, Die “ , ujar Adias
Diera
menghela napasnya,
“ maaf,
tapi pekerjaan aku lebih penting “ , seru Diera dengan sedikit ketus
Adias
tertegun mendengar ucapan dari Diera. Untuk pertama kalinya, Diera bicara ketus
kepada dirinya dan untuk pertama kalinya juga Adias meneteskan air matanya
karena Diera. Adias hanya terpaku melihat Diera yang berlalu pergi
meninggalkannya.
Di sore
hari, Adias kembali mendatangi cafe tempat Diera bekerja. Adias benar-benar
menginginkan untuk bisa berbicara dengan Diera. Adias ingin melepaskan semua
rasa penasarannya terhadap perubahan sikap Diera kepadanya. Diera yang saat itu
telah selesai bekerja pun, berjalan keluar cafe. Di depan cafe, Adias telah
menunggu dirinya. Diera lagi-lagi tidak bisa menghindar. Adias pun menghampiri
Diera yang saat itu hanya berdiri melihat adanya Adias.
“ Die,
please. Aku minta waktu kamu, kita harus bicara “ , ujar Adias memohon kepada
Diera
“ kita
harus bicara? Nggak ada yang mau bicarain sama kamu, Adias. Jadi, untuk apa? “
,
“ tapi
aku ada, Die. Aku mohon..” ,
“ oke,
mau bicara dimana? “ ,
Adias
langsung menarik tangan Diera menuju mobil miliknya begitu mendengar Diera
setuju untuk bicara dengannya. Diera melepaskan tangannya dari Adias dan
langsung berjalan masuk ke mobil Adias. Mereka pun pergi ke taman, tempat yang
biasa mereka datangi. Adias pun menghentikan laju mobilnya dan memarkirkan
mobilnya di pinggir taman. Mereka pun keluar dari mobil dan langsung menuju
sebuah bangku panjang kosong tak jauh dari mobil Adias.
“ mau
bicara apaan ? “ , tanya Diera langsung
“ aku
buat salah apa sama kamu ? “ , tanya Adias balik
“ nggak
ada “ , jawab Diera singkat
“ terus
kenapa kamu menghindar dari aku ? “ , tanya Adias kembali
“ karena
aku nggak mau kecewa lagi “ ,
“
kecewa? Kecewa kenapa? Maksud kamu, aku bikin kamu kecewa ? “ , Adias kembali
bertanya
“ Adias,
it has been one year. Its not the time to discuss about that “ , ujar Diera
“ hhh..
ngeliat kamu yang bersikap kayak gini, aku yakin kamu nggak pernah baca surat
yang aku kirim buat kamu, iya kan? “ ,
“ iya.
Aku nggak pernah membuka ataupun membaca surat-surat itu “ ,
“ oke,
untuk saat ini aku udah selesai bicara sama kamu. tapi, satu hal yang aku minta
sama kamu. kamu pulang, ambil, buka dan baca surat-surat itu “ , ujar Adias
yang langsung pergi meninggalkan Diera
Diera
terlihat kebingungan dengan sikap Adias kepadanya barusan. Diera pun memutuskan
untuk pulang. Setibanya di kamar, Diera teringat akan perkataan Adias yang
memintanya untuk membuka dan membaca surat-surat yang telah ia kirimkan. Diera
pun mengambil kotak yang berisi surat-surat itu. Diera tak langsung membukanya,
ia menatap kotak itu cukup lama. Ya, Diera berfikir jika ia membaca surat itu
maka ia akan kembali terluka. Tapi tidak untuk kali ini, Diera memberanikan
diri untuk membaca surat-surat itu. Satu per satu surat-surat itu dibaca oleh
Diera. Diera tak berbicara sedikit pun, yang berbicara justru matanya, ya Diera
meneteskan air matanya selagi membaca surat-surat itu, hingga Diera pun sampai
di surat yang terakhir, tangis Diera pecah saat itu…
Dear Diera,
It has been one year since i left
you, right?
Are you okay? Hope you’ll be
okay…
I miss you so much, Die…
Is it fun? Finally, I say if I
miss you so much
To be honest, i really hope that
you’ll be replay my letter
But, the fact is not same as I
hope. I dunno why..
I believe on you, I know you have
your own reason
But, once again if I can hope to the
last time, I want you to replay my letter
Tell me what happened with you,
Die..I’m worrying you all of the time..
You know, you’re the special one
for me. Although, we’re not in the love relationship
Eventhough I don’t know your
feeling…
Next month, I’ll back to Jakarta.
Hope, I can meet and talk with you..
Adias.
Keesokan
paginya, Diera terbangun dari tidurnya dengan surat Adias yang masih berada di
genggamannya. Diera berfikir untuk menemui Adias dan mengembalikan surat-surat
itu. Ya, benar saja, surat-surat itu kembali membawa luka untuk Diera. Diera
hanya ingin melupakan Adias, karena Diera tahu suatu saat Adias akan kembali
pergi darinya dan dia tidak ingin itu terjadi. Menyimpan perasaannya menjadi
satu-satunya cara terbaik agar tidak terluka. Setelah berfikir cukup lama,
akhirnya Diera memutuskan untuk bertemu dengan Adias di taman biasa. Diera pun
bersiap-siap..
Di
taman, Diera telah menunggu Adias datang dengan sebuah kotak berisi surat-surat
dari Adias. tak lama kemudian, Adias datang. Adias duduk disamping Diera. Adias
bertanya-tanya dalam benaknya tentang apa yang akan dibicarakan oleh Diera.
Diera memberikan kotak yang ia bawa kepada Adias.
“ ini
kotak apa ? “ , tanya Adias bingung
“ itu
surat-surat yang kamu kirim untuk aku. Aku udah baca semuanya “ , jawab Diera
“
terus..?? “ ,
“ aku
balikin ke kamu. it makes me hurt “ , jawab Diera dengan mata yang berkaca-kaca
“
kenapa? “ , tanya Adias
“ Adias,
jangan tanya kenapa. Aku nggak akan jawab apapun lagi. Sorry “ , ujar Diera
yang langsung bergegas pergi namun ditahan oleh Adias
“ menyimpan
rasa cintamu itu sama saja kamu menyakiti dirimu sendiri. maka jangan salahkan
orang yang kamu cinta atas sakit yang kamu rasa “ , ujar Adias
Diera
berbalik, menatap Adias…
“ Adias,
kamu yang selalu pergi. Kamu yang selalu ninggalin aku. Jadi untuk apa? Untuk
apa aku ngungkapin perasaan aku kalau pada akhirnya kamu pergi ninggalin aku ?
“ , ujar Diera hingga meneteskan air mata yang ia coba tahan sedari tadi
“ tapi
bukan kayak gini caranya, Die. Kalau kamu nggak mau aku pergi, kamu harusnya
bilang sama aku. Aku bisa mempertimbangkan untuk pergi atau nggak “ ,
“ hanya
mempertimbangkan kan? Bukan memutuskan. Kamu tahu aku, Adias “ ,
“ Die..
kamu juga tahu aku “ ,
“ iya,
aku tahu kamu. makanya aku putusin buat nggak pernah mengungkapkannya. Karena
pada akhirnya, kamu akan pergi ninggalin aku “ , ujar Diera
“ tapi,
Die.. setidaknya kamu bisa bilang kan perasaan kamu ke aku “ , ujar Adias
“ buat
apa? Buat nambah luka? Aku udah sakit karena kamu pergi dan aku harus nambah
rasa sakit aku dengan bilang perasaan aku ke kamu? seharusnya, aku nggak pernah
biarin hati aku terbuka untuk kamu “ ,
“ Die… “
,
“ Adias
ini bukan dunia harapan kamu, ini bukan dunia yang akan mewujudkan semua
harapan kamu. kenyataannya, harapan kamu untuk kita berada dalam satu ikatan
cinta itu nggak bisa terjadi. Kamu harus terima itu. akan ada seseorang yang
bisa bersama dengan kamu dan menjalin satu ikatan cinta. Tapi bukan aku, Adias.
Aku pergi.. jaga diri kamu baik-baik ya “ , ujar Diera yang langsung pergi
Sementara,
Adias masih duduk di bangku itu sembari menangis melihat Diera yang akhirnya
pergi meninggalkan dirinya. Rasa penasaran Adias memang sudah terjawab tapi
rasa penasaran itu justru membawa luka yang sangat dalam baginya. Seseorang
yang selama ini special di hidupnya, seseorang yang selama ini dia harapkan
akan menjalin ikatan cinta dengannya justru menolak untuk menjalin ikatan itu.
Adias
sadar, dirinya dan Diera memiliki prinsip hidup yang berbeda. Jika kebanyakan
orang akan berjuang menyatukan dua perbedaan itu tapi tidak bagi Adias dan
Diera. Mereka terlalu teguh memegang prinsip hidup mereka. Walaupun pada
akhirnya mereka harus merelakan cinta mereka tidak bersatu dan merasakan luka
yang membekas di hati keduanya. Tapi, mereka percaya jika suatu saat nanti aka
nada seseorang yang bisa bersama dengan mereka dan menjalin ikatan cinta sesuai
dengan yang mereka harapkan..
-THE END-